Alhamdulillah atas izin Allah saya bisa menikmati jamuan ilmu di hari berkah, Jumat sore lalu. Bertepatan tanggal 13 Desember 2019, acara sore itu adalah Kuliah Perdana Akademi Guru Al-Fatih (AGA) dengan tema “Merajut Ukhuwah Membangun Peradaban“.
Kuliah perdana kali ini berbeda dengan kuliah perdana yang pernah saya ikuti tiga tahun ke belakang. Saya merasakan nyata keberkahan yang Allah berikan kepada AGA saat ini. Di antara keberkahan yang mudah terlihat adalah semakin banyaknya peserta dan panitia yang terlibat. Saya adalah Mahasiswi AGA 3 yang melanjutkan perkuliahan di AGA 5, dan sore itu berkesempatan merasakan atmosfir semangat menuntut ilmu yang sama dari sahabat-sahabat baru kami di AGA 6. Kami melebur dipersaudarakan dalam ikatan visi yang sama.
Betapa besar nikmat Allah atas kita yang diberikan rasa cinta untuk menuntut ilmu. Karena perlu kita yakini bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu sesuai firmannya dalam QS Al-Mujadalah ayat 11.
Semangat belajar dan mengajar adalah hal yang bisa saja kita jumpai di tempat lain, tetapi semangat yang memperhatikan adab dan urutan baru saya jumpai di sini. Dan hal ini pula yang membuat saya terpanggil untuk meneruskan perjuangan yang sempat terhenti berbulan-bulan lamanya.
Penuturan Ustadz Bagus selaku mudir AGA tentang beberapa keberkahan yayasan Al-Fatih yang terus berkembang di tahun ketujuhnya saat ini, hampir semuanya saya sepakati. Dan menambah semangat untuk diri ini mengambil bagian di dalam arus keberkahan tersebut. –Semoga dalam izin Allah–
Ustadz Budi menuturkan bahwa pendidikan di Kuttab Al-Fatih bukanlah pendidikan study banding melainkan pendidikan literatur yang mana setiap kegiatan harus berlandaskan ilmu. Itulah sebabnya di setiap cabang Kuttab Al-Fatih akan dijumpai penanggung jawab (PJ) syar’i. Karena atas pertimbangan beliau-beliaulah, setiap permasalahan akan dipertimbangkan melalui penelaahan literatur sampai diyakini keputusannya sudah berlandaskan ilmu dan dapat ditetapkan.
Bagi kami, mahasiswa AGA yang sedang dikader menjadi guru pilar peradaban, semoga Allah mudahkan kami untuk memberikan teladan dalam mencintai ilmu. Karena generasi yang ingin Al-Fatih cetak adalah generasi yang takut kepada Allah, sedangkan yang takut kepada Allah adalah para ahli ilmu.
Berbanggalah menjadi muslimin, karena kita hidup dengan tuntunan untuk siap berkorban. Sebagaimana ibadah tertinggi kita adalah berjihad. Salah satu jihad kita saat ini adalah mendidik generasi yang tidak pernah ada sebelumnya. Tidak perlu mengukur keberhasilannya dengan diri kita karena kita bukan hadir untuk melanjutkan generasi sebelumnya, tetapi kita hadir untuk memotong generasi dengan tolak ukur literatur sejarah kejayaan islam.
Kita perlu melihat bagaimana Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wassalam dengan mukjizatnya dapat menghidupkan generasi yang belum ada. Di tangannyalah lahir sorang Bilal bin Rabah, Umar bin Khatab, dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak pernah ada sebelumnya.
Semoga kita adalah salah satu bagian dari pencetak generasi penakluk Roma yang tidak ada keraguan di depan kita. Semoga kita adalah salah satu peletak batu bata di antara pilar yang akan berdiri dengan kokohnya kelak. Aamiin, allahumma aamiin.
Oleh: Yunaeli
Mahasiswi AGA 5