Baarakallahu fiik, atau semoga Allah memberkahimu. Inilah kata-kata indah yang sering kita dengar. Akan lebih indah dan lebih berfaidah lagi ketika doa itu dimengerti, disadari dan diharapkan pengaruhnya. Ketika seseorang memohon keberkahan ataupun mendoakan keberkahan untuk orang lain, maka ia telah memohon dengan permohonan yang besar.
Ibnu Mandzur, al-Fayyumi dan al-Fairuz Zabadi menjelaskan bahwa barakah menurut arti bahasa adalah "berkembang, bertambah dan kebahagiaan." Imam Al-Nawawi dalam kitabnya "Syarh Shahih Muslim", asal makna keberkahan ialah kebaikan yang banyak dan lestari. Sedangkan Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsamin dalam Syarh Riyadus Shalihin menjelaskan bahwa barakah adalah "ziyadatul khair 'ala al ghair", sesuatu yang dapat menambah kebaikan atas yang lain. Adapun menurut istilah (syariat), berkah didefinisikan sebagai kebaikan berlimpah yang diberikan Allah pada siapa yang dikehendaki-Nya. Tanda keberkahan yang paling nyata adalah ketika potensi tersalurkan untuk ketaatan kepada Allah. Keberkahan itu bisa berupa materi dan non materi.
Maka keberkahan bisa mengenai harta, umur, pekerjaan, ilmu, tenaga, istri, anak, teman dan yang lain. Tidak salah, ketika keberkahan juga diindikasikan dengan kualitas sesuatu itu berkembang sehingga melampaui kuantitasnya. Seperti keberkahan makanan misalnya, di mana makanan itu menjadi sarana perbaikan untuk kualitas tubuh dan ibadah orang yang memakannya. Kuantitas dan bentuk makanan itu tak berbeda dengan apa yang disantap orang lain, namun dampak positif yang diakibatkannya akan segera dirasakan berbeda di tubuh dan perilaku orang yang memakannya. Tubuhnya akan semakin kuat dan terjaga dari berbagai penyakit, juga jiwanya terasa lebih ringan untuk melakukanaktifitas yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya.
Begitupun keberkahan umur. Meskipun rata-rata umur manusia relatif sama, namun keberkahan satu dan yang lain berbeda. Tergantung untuk apa dan bagaimana seseorang memanfaatkan waktunya. Orang-orang yang diberkahi umurnya, dengan durasi amal ketaatan yang sama dengan yang dilakukan oleh orang lain, namun memiliki efek positif dan juga pahala berlipat dibandingkan orang lain, karena umur yang diliputi keberkahan selalu diisi dengan perbuatan baik. Karena inilah yang akan meningkatkan kualitas hidup seorang manusia, juga derajat seorang hamba di hadapan Allah SWT. Bahkan ketika ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah tentang siapa orang yang paling baik? Rasulullah menjawab “Yaitu orang yang paling baik adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sedangkan orang yang paling buruk adalah orang yang panjang umurnya, tetapi buruk amalnya”. (HR Ahmad)
Maka di antara orang-orang yang diberikan keberakahan umur yang berada di sekeliling Nabi Saw, adalah sahabat Anas bin Malik ra. Seorang sahabat Nabi yang menjadi contoh, orang berumur panjang dengan banyak keberkahan.
Sahabat mulia Anas bin Malik radiallahu ‘anhu adalah seorang sahabat Nabi dari Bani Najjar, orang asli Madinah. Bertemu Nabi pertama kali ketika usianya 10 tahun. Kemudian diserahkan oleh ibunya untuk membantu Nabi ﷺ dalam urusan sehari-hari; membawakan sendal Nabi, membawakan air yang Nabi pakai, melayani Nabi kalau Nabi perlu Anas untuk pergi ke pasar membeli sesuatu, dan seterusnya.
Karenanya Anas menjadi pembantu Nabi. Dan dengan bangga dia selalu mengatakan bahwan di hadapan khalayak bahwa saya adalah خادم رسولِ الله “pembantunya Nabi”, dan dia bisa begitu sangat bangga karena yang dibantunya adalah manusia paling mulia, yaitu Rasulullah ﷺ.
Dan Nabi ﷺ juga memberikan doa, dan doa ini khusus diberikan untuk Anas bin Malik. Nabi berdoa:
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ
“Ya Allah perbanyaklah hartanya, perbanyaklah keturunannya, berkahilah kehidupannya”.
Tiga doa yang Nabi berikan; banyak anak, banyak harta, dan keberkahan yang menyelimuti kehidupannya.
Ketiga doa itu tentu dikabulkan Allah SWT. Anas bin Malik memiliki umur yang panjang yakni 103 tahun. Ia mengisi kehidupannya dengan berbagai macam amal kebaikan, salah satunya ia menjadi perawi hadist terbanyak ketiga setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Itulah buah dari membersamai Rasulullah ﷺ selama 10 tahun. Bahkan ia juga menjadi referensi bagi kalangan sahabat dan tabi’in dalam memutuskan perkara yang terjadi di antara umat. Itulah orang yang terbaik. Orang yang panjang usianya, dan berkah kehidupannya.
Orang-orang yang mengajarkan ilmunya, dia juga lebih diberkahi dibanding orang yang sekedari ahli ibadah. Karena nilai pahala seorang ahli ibadah hanya bernilai satu orang, sedangkan ibadah yang dilakukan oleh ahli ilmu dan da'i berlipat sebanyak ibadah yang dilakukan oleh orang-orang yang didakwahi dan dibimbingnya. Tak hanya orang yang satu generasi dengannya, namun juga generasi-generasi setelahnya. Meski umurnya 60 tahun misalnya, tapi nilai pahalanya bisa berribu tahun nilainya, karena kualitas umurnya melebihi kuantitasnya.
Karena itulah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan makna doa yang dipanjatkan oleh Nabi Isa alaihissalam,
(وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ)
"Dan Dia (Allah) menjadikanku sebagai orang yang diberkahi dimanapun aku berada." (QS. Maryam: 31)
Beliau menjelaskan bahwa orang yang diberkahi Allah Ta'ala adalah siapa saja yang mengajarkan kebaikan, menyeru kepada Allah, mengingatkan tentang Allah dan memotivasi agar senantiasa berbuat ketaatan kepada Allah.
Maka, barang siapa yang tidak ada pada dirinya sifat-sifat dan kriteria tersebut, berarti ia bukanlah termasuk orang yang diberkahi. Keberadaan dirinya juga bukan merupakan keberkahan atau keberuntungan bagi orang-orang yang dijumpainya, atau berkumpul dengannya.
Ringkasnya, insan yang diberkahi adalah insan yang dengannya menjadi tersebarlah kebaikan dan tertutuplah pintu-pintu kemaksiatan. Termasuk di dalamnya orang yang disebut Nabi sebagai mafaatih lil khairi wa maghaaliqu lisy syarr (pembuka pintu-pitu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan). Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ، مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ، وَإِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ
"Sesungguhnya ada diantara manusia yang menjadi pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Dan sesungguhnya ada (juga) dari manusia yang menjadi pembuka keburukan dan penutup kebaikan. Beruntunglah seseorang yang Allah jadikan kunci kebaikan ditangannya dan celakalah bagi orang yang Allah jadikan kunci kejelekan ditangannya." (HR Ibnu Majah).
Di antara tanda keberkahan seseorang adalah umur yang termanfaatkan untuk kebaikan; baik dalam rangka mempelajari ilmu yang bermanfaat, mengamalkan ilmunya, menyebarkannya dan menegakkan segala tuntutan syariat. Keberkahan seseorang bahkan bisa dirasakan manfaatnya oleh lintas wilayah dan lintas generasi.
Rasulullah ﷺ adalah insan yag diberkahi. karena ilmu, dakwah dan jihadnya membawa kebaikan di zaman beliau, hingga bisa dirasakan faidahnya di zaman ini.
Begitupun dengan para pewaris ilmu beliau di kalangan ulama, sekaligus penerus dakwahnya dari kalangan da'i, mereka adalah insan yang diberkahi oleh Allah Ta'ala. Dengan sebab usaha mereka, manusia mendapatkan kemanfaatan, termotivasi untuk berbuat baik dan terbimbing untuk melakukan ibadah yang benar. Bukan saja sebatas generasi di zamannya, namun juga generasi setelahnya. Meskipun tidak semua di kalangan mereka dianugerahi umur yang panjang. Seperti Imam Nawawi rahimahullah yang wafat tatkala umurnya belum mencapai 45 tahun, tapi karya-karyanya hidup lebih panjang dari umurnya dan masih sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh kaum muslimin hingga hari ini.
Para penulis biografi menceritakan bahwa Al Hafiz Ibn Syahin (seorang ulama hadits kenamaan) menulis 330 judul buku, salah satunya kitab tafsir Al Qur'an setebal seribu jilid. Di akhir hayatnya, ia meminta tukang tinta untuk menghitung berapa banyak tinta yang telah digunakannya untuk menulis. Ternyata jumlahnya mencapai 1800 liter tinta.
Juga Imam Ibn Al-Jauzi yang dikatakan Imam Al-Dzahabi, "Aku tidak mengetahui seorang ulama yang menulis sebanyak tulisan orang ini." Pengakuan Ibnu al-Jauzi bahwa beliau menulis tidak kurang dari 2000 jilid buku. Padahal beliau hidup di abad 6 Hijriyah, namun orang-orang mendapatkan kemanfaatannya hingga hari ini.
Maka jika ingin menjadi insan yang diberkahi, ikutlah teladan insan yang diberkahi. Mereka banyak belajar, menyebarkan kebaikan dan memperjuangkan agamanya.
Ditulis Oleh: Ustadz Matahari Satria, Lc.